Menurutnya, tidak akan mampu hanya menanam segelintir pohon bisa menggantikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi tambang batubara.
“Makanya, saya tegas menolak. Karena, dampak kerusakan lingkungan akibat tambang batubara besar sekali,” tukas suami Ir Hj Suryanti Ngesti Rahayu.
Ia mengajak, sejak dini untuk menjaga kelestarian dan kelangsungan hidup lingkungan ini. “Kita harus berkomitmen tinggi, untuk terus menjaga kelestarian dan mencintai lingkungan,” beber ayah tiga anak ini.
Kata ayah dr Muwarni Emassrisa Latifah, tidak ada korelasi antara penambangan batubara dengan kesejahteraan masyarakat. Makanya, akhirnya dirinya melarang hal itu. “Komitmen, tidak hanya diperkirakan saja. Tetapi, juga harus dibuktikan dengan perbuatan,” bebernya.
Hari lingkungan ini, akunya hari introspeksi diri. Sebutnya, harus belajar dari China dan juga Jepang. “China menyesal mengeksplorasi tambang batubara, dan Jepang tidak mau mengeksplorasi tambang batubara di negaranya. Karena, banyak mudoratnya ketimbang manfaatnya,” terangnya.
Ia juga menyarankan, siswa dalam mengikuti lomba lingkungan hidup untuk melukis dan menggambarkan penolakan batubara dilakukan Pemkot. “Gambar lahan sebelum ditambang, dan juga sudah ditambang. Dan, kerusakan ditimbulkannya,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Ir Hj Dwi Koryana ini mengatakan, sejumlah lomba sengaja digelar guna meningkatkan kesadaran kepada siswa, pentingnya mencintai lingkungan.
“Mulai lomba melukis atau menggambar, lomba puisi, lomba daur ulang, dan lainnya,” ucapnya.
Harapannya, dengan kreatifitasnya siswa juga bisa mencintai lingkungannya. “Kita tanamkan sejak dini, agar siswa mencintai lingkungannya. Apalagi, sekaligus memperingati HLHS,” tandasnya
Tidak ada komentar
Posting Komentar