Ketua Pamong Praja Foundations Memintah Pemerintah Mempersiapkan Skenario Lockdown
Palembang, Liputan Sumsel.Com - Fenomena pandemik Virus Corona (COVID19) yang melanda dunia memberikan sebuat kejutan begitu besar pada peradaban manusia. Bukan hanya menghentikan jargon “kekuatan tak terkalahkan” dari negara-negara adidaya tetapi juga memberikan gambaran begitu tidak berdayanya kecanggihan teknologi menghadapi gejala alam. Pandemik Covid19 adalah permasalahan super serius di atas segala kepentingan lainnya termasuk aspek ekonomi karena menyangkut keselamatan dan kehidupan rakyat Indonesia.
Kami berusaha mengamati perkembangan penularan virus covid19 baik di dalam negeri maupun di negara-negara lainnya. Dengan segala informasi yang kita miliki, komparasi perkembangan kasus Covid19 di Indonesia terhadap data-data dan fenomena dari negara-negara lainnya memberikan sebuah gambaran perbedaan-perbedaan mendasar yang perlu untuk diperhatikan secara cermat oleh pengambil kebijakan negara ini.
Faktor-faktor yang seharusnya menjadi perhatian dalam analisis penanganan Covid19 di Indoenesia, jika kita coba komparasikan dengan negara-negara lainnya yang sudah terlebih dahulu menghadapi pandemik Covid19 diantaranya:
1. Karakter masyarakat kita: karakter guyup, cium tangan, cipika cipiki, kumpul nggak kumpul asal makan, silaturahmi, ada juga karakter cuek dan karakter sebagian orang yang (maaf) membangkang terhadap seruan dan perintah dari pemerintah, tokoh masyarakat maupun ulama. Sebuah karakter yang teramat rentan terhadap penularan Covid19. Karakter ini tidaklah dimiliki oleh negara seperti Italy yang system kesehatannya luluh lantak dihantan Covid19, atau Korea Selatan yang “hanya” terpuruk karena karakter pembangkang dari seseorang atau beberapa orang saja terhadap seruan Pemerintah.
2. Kesiapan medis. Ketika menyaksikan bagaimana kesiapan perangkat kesehatan kita baik dari sisi SDM dan juga peralatan serta perlengkapan, ada banyak pertanyaan yang muncul mengenai kesiapan medis kita menjelang puncak serangan Covid19. Tingkat kematian yang tinggi mengindikasikan bahwa ada kekurangan dari sisi medis yang perlu segera dicukupi. Berbagai cerita mengenai keluhan personel kesehatan pada Alat Pelindung Diri (APD) merupakan hal serius yang harus diperhatikan mengingat mereka menjadi garda terdepan melawan infeksi, yang disisi lain mereka juga yang paling rentan dalam situasi ini.
3. Sistem koordinasi dan core system teknologi berbasis IT yang terintegrasi. Dari cerita para ahli yang menangani Covid19 di Wuhan, mereka menggambarkan penggunaan Big Data yang begitu terintegrasi yang dapat memantau secara berkala keadaan masing-masing penduduk. Pemantauan secara real time dapat dilakukan melalui aplikasi sehingga masing-masing penduduk dapat terhubung dengan Pusat Kesehatan setempat untuk tindakan-tindakan yang dibutuhkan. Koordinasi antar sector yang begitu kuat juga menjadikan penanganan kasus Covid19 menjadi efisien. China dapat membangun sebuah rumah sakit baru dalam hitungan hari dan langsung bisa beroperasi untuk menangani ledakan pasien.
Melihat perkembangan pasien positif maupun korban meninggal Covid19 Indonesia yang dikomparasikan dengan kasus di Italy menjadi sebuah bahan analisis yang seharusnya bisa mengkhawatirkan kita. Bahwa perkembangan kasus ini di Indonesia terlihat memiliki kemiripan yang bisa dihitung melalui perhitungan sederhana untuk mengukur dan memprediksi kejadian kedepannya.https://www.cnbcindonesia.com/news/20200323134935-4-146965/tingkat-kematian-akibat-corona-di-italia-925-ri-933.
Opsi karantina mandiri yang sekarang dilakukan oleh masyarakat terbukti belum berjalan efektif. Kerumunan orang masih begitu mudah kita lihat, pergerakan manusia masih begitu bebas dan luas. Penggunaan alat transportasi massal masih begitu luas digunakan. Opsi karantina ini juga banyak dipertanyakan bagi mereka-mereka yang mengaku sebagai orang-orang yang memiliki “pendapatan harian”. Opsi karantina mandiri yang tidak efektif ini menjadi tidak terukur (kapan mulai, kapan berakhir, kapan batas waktunya) sehingga banyak yang membangkang terhadap seruan ini dengan berbagai alasan.
Melihat fenomena ini kami memberikan masukan kepada Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah, bahwa kita sudah seharusnya mempersiapkan juga opsi lockdown pada prediksi puncak corona (pertengahan/akhir April sampai Mei). Dengan asumsi “masih memiliki waktu” tersebut, maka kita harus mempersiapkan kemungkinan terburuk dari situasi ini. Belajar dari lockdown yang dilakukan negara lain serta kondisi masyarakat kita, maka beberapa hal pokok yang harus dipersiapkan diantaranya:
* mempersiapkan jaminan ketersediaan bahan pokok: sembako dan energi (listrik).
* mempersiapkan jaminan distribusi bahan pokok.
* mempersiapkan insentif : bagi pegawai, pekerja, buruh dan pertanian dan lainnya.
* mempersiapkan insentif jaminan kredit : angsuran pinjaman, angsuran leasing
* mempersipkan jaminan akses kesehatan.
* menjamin keamanan harta benda masyarakat.
Kesiapan ini perlu disampaikan secara terbuka kepada rakyat, agar rakyat paham, muncul kesadaran dan solidaritas, bahu membahu bersama pemerintah untuk mempersiapkan diri menghadapi kondisi terburuk (mengharuskan lockdown) sesuai prediksi puncak corona (https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4948432/itb-perbaharui-prediksi-puncak-corona-ri-diperkirakan-mundur-ke-mei).
Artinya kita mempersipkan lockdown untuk April s.d. Mei) jika keadaan menjadi memburuk, bukan me-lockdown besok atau lusa.. atau Pemerintah memutuskan segera lockdown setelah kesiapan tersedia. Dengan persiapan terhadap opsi ini maka segenap kekuatan negara dapat mempersiapkan diri secara terintegrasi untuk menghadapi prediksi puncak Covid19.
Saatnya Pemerintah menggugah jiwa masing-masing rakyat untuk bersatu padu menyelamatkan negeri dari bencana, menghilangkan perbedaan dan menyatukan solidaritas kebersamaan. Kita mempersiapan diri untuk lockdown, bukan juga me-lockdown negeri ini besok. Tapi opsi ini harus ada dalam kamus strategi kita melawan wabah Covid19 ini.
Keselamatan rakyat yang utama, yang lainnya kedua.
Penulis :
Arie Wijaya, S.STP,M.Si
Ketua Pamong Praja Foundations
Ketua MBiro Praja Nusantara
Pimwil Suta Nusantara Sumatera Selatan
Kami berusaha mengamati perkembangan penularan virus covid19 baik di dalam negeri maupun di negara-negara lainnya. Dengan segala informasi yang kita miliki, komparasi perkembangan kasus Covid19 di Indonesia terhadap data-data dan fenomena dari negara-negara lainnya memberikan sebuah gambaran perbedaan-perbedaan mendasar yang perlu untuk diperhatikan secara cermat oleh pengambil kebijakan negara ini.
Faktor-faktor yang seharusnya menjadi perhatian dalam analisis penanganan Covid19 di Indoenesia, jika kita coba komparasikan dengan negara-negara lainnya yang sudah terlebih dahulu menghadapi pandemik Covid19 diantaranya:
1. Karakter masyarakat kita: karakter guyup, cium tangan, cipika cipiki, kumpul nggak kumpul asal makan, silaturahmi, ada juga karakter cuek dan karakter sebagian orang yang (maaf) membangkang terhadap seruan dan perintah dari pemerintah, tokoh masyarakat maupun ulama. Sebuah karakter yang teramat rentan terhadap penularan Covid19. Karakter ini tidaklah dimiliki oleh negara seperti Italy yang system kesehatannya luluh lantak dihantan Covid19, atau Korea Selatan yang “hanya” terpuruk karena karakter pembangkang dari seseorang atau beberapa orang saja terhadap seruan Pemerintah.
2. Kesiapan medis. Ketika menyaksikan bagaimana kesiapan perangkat kesehatan kita baik dari sisi SDM dan juga peralatan serta perlengkapan, ada banyak pertanyaan yang muncul mengenai kesiapan medis kita menjelang puncak serangan Covid19. Tingkat kematian yang tinggi mengindikasikan bahwa ada kekurangan dari sisi medis yang perlu segera dicukupi. Berbagai cerita mengenai keluhan personel kesehatan pada Alat Pelindung Diri (APD) merupakan hal serius yang harus diperhatikan mengingat mereka menjadi garda terdepan melawan infeksi, yang disisi lain mereka juga yang paling rentan dalam situasi ini.
3. Sistem koordinasi dan core system teknologi berbasis IT yang terintegrasi. Dari cerita para ahli yang menangani Covid19 di Wuhan, mereka menggambarkan penggunaan Big Data yang begitu terintegrasi yang dapat memantau secara berkala keadaan masing-masing penduduk. Pemantauan secara real time dapat dilakukan melalui aplikasi sehingga masing-masing penduduk dapat terhubung dengan Pusat Kesehatan setempat untuk tindakan-tindakan yang dibutuhkan. Koordinasi antar sector yang begitu kuat juga menjadikan penanganan kasus Covid19 menjadi efisien. China dapat membangun sebuah rumah sakit baru dalam hitungan hari dan langsung bisa beroperasi untuk menangani ledakan pasien.
Melihat perkembangan pasien positif maupun korban meninggal Covid19 Indonesia yang dikomparasikan dengan kasus di Italy menjadi sebuah bahan analisis yang seharusnya bisa mengkhawatirkan kita. Bahwa perkembangan kasus ini di Indonesia terlihat memiliki kemiripan yang bisa dihitung melalui perhitungan sederhana untuk mengukur dan memprediksi kejadian kedepannya.https://www.cnbcindonesia.com/news/20200323134935-4-146965/tingkat-kematian-akibat-corona-di-italia-925-ri-933.
Opsi karantina mandiri yang sekarang dilakukan oleh masyarakat terbukti belum berjalan efektif. Kerumunan orang masih begitu mudah kita lihat, pergerakan manusia masih begitu bebas dan luas. Penggunaan alat transportasi massal masih begitu luas digunakan. Opsi karantina ini juga banyak dipertanyakan bagi mereka-mereka yang mengaku sebagai orang-orang yang memiliki “pendapatan harian”. Opsi karantina mandiri yang tidak efektif ini menjadi tidak terukur (kapan mulai, kapan berakhir, kapan batas waktunya) sehingga banyak yang membangkang terhadap seruan ini dengan berbagai alasan.
Melihat fenomena ini kami memberikan masukan kepada Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah, bahwa kita sudah seharusnya mempersiapkan juga opsi lockdown pada prediksi puncak corona (pertengahan/akhir April sampai Mei). Dengan asumsi “masih memiliki waktu” tersebut, maka kita harus mempersiapkan kemungkinan terburuk dari situasi ini. Belajar dari lockdown yang dilakukan negara lain serta kondisi masyarakat kita, maka beberapa hal pokok yang harus dipersiapkan diantaranya:
* mempersiapkan jaminan ketersediaan bahan pokok: sembako dan energi (listrik).
* mempersiapkan jaminan distribusi bahan pokok.
* mempersiapkan insentif : bagi pegawai, pekerja, buruh dan pertanian dan lainnya.
* mempersiapkan insentif jaminan kredit : angsuran pinjaman, angsuran leasing
* mempersipkan jaminan akses kesehatan.
* menjamin keamanan harta benda masyarakat.
Kesiapan ini perlu disampaikan secara terbuka kepada rakyat, agar rakyat paham, muncul kesadaran dan solidaritas, bahu membahu bersama pemerintah untuk mempersiapkan diri menghadapi kondisi terburuk (mengharuskan lockdown) sesuai prediksi puncak corona (https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4948432/itb-perbaharui-prediksi-puncak-corona-ri-diperkirakan-mundur-ke-mei).
Artinya kita mempersipkan lockdown untuk April s.d. Mei) jika keadaan menjadi memburuk, bukan me-lockdown besok atau lusa.. atau Pemerintah memutuskan segera lockdown setelah kesiapan tersedia. Dengan persiapan terhadap opsi ini maka segenap kekuatan negara dapat mempersiapkan diri secara terintegrasi untuk menghadapi prediksi puncak Covid19.
Saatnya Pemerintah menggugah jiwa masing-masing rakyat untuk bersatu padu menyelamatkan negeri dari bencana, menghilangkan perbedaan dan menyatukan solidaritas kebersamaan. Kita mempersiapan diri untuk lockdown, bukan juga me-lockdown negeri ini besok. Tapi opsi ini harus ada dalam kamus strategi kita melawan wabah Covid19 ini.
Keselamatan rakyat yang utama, yang lainnya kedua.
Penulis :
Arie Wijaya, S.STP,M.Si
Ketua Pamong Praja Foundations
Ketua MBiro Praja Nusantara
Pimwil Suta Nusantara Sumatera Selatan
Tidak ada komentar
Posting Komentar