Leny CS Ngaku Kapok Coba-coba jadi TKW
PALI- Liputan Sumsel Dihadapan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Usmandani saat enam warga asal Bumi Serepat Serasan dijenguk Pemkab PALI melalui Disnakertrans, Leny, warga Saba Petai Desa Mangku Negara Kecamatan Penukal dan kawan-kawan ngaku kapok untuk coba-coba mengadu nasib ke luar negeri menjadi TKW.
Lantaran selama tiga bulan, Leny CS 'digantung' salah satu PJTKI di Jakarta, dan sejak mereka (Leny CS) mendaftar, jangankan ada kabar kapan dirinya terbang ke Taiwan, negara yang menjadi tujuan enam warga PALI itu untuk bekerja, bahkan paspor saja belum kunjung dibuatkan perusahaan tersebut.
Padahal diakui Leny bahwa dirinya CS telah menuruti kehendak pihak PJTKI agar kalau ingin cepat terbang harus pindah KTP terlebih dahulu dari PALI ke Lampung Timur.
Selama tiga bulan, dirinya dan kawan-kawan bolak balik Jakarta-Lampung yang menurut Leny tujuanya untuk membuat paspor, namun sesampai di Lampung, malah batal lantaran dari alasan pihak perusahaan kantor Imigrasinya belum siap.
Dan selama di asrama dan BLK PJTKI, Leny mengaku melalui pelatihan, tetapi untuk belajar bahasa Taiwan, mereka tidak dipandu hanya diberi buku dengan tulisan mandarin.
"Kami kapok pak, kami ingin pulang ke PALI. Mending nyadap karet di dusun," ungkap Leny, dihadapan Kadisnaker di RPTC Bambu Apus Jakarta Timur, Selasa (8/10).
Untuk administrasi kependudukan yang kini telah berubah, Leny mengaku akan mengurus kembali KTPnya menjadi warga PALI.
"Kami hanya menuruti perintah perusahaan karena ingin cepat terbang ke Taiwan dan memiliki gaji besar untuk merubah nasib pak, tapi malah tidak ada kabar kapan berangkatnya sampai tiga bulan kami di PT," katanya.
Diceritakan Leny, bahwa dirinya berangkat dari PALI sejak bulan Juli 2019. Mereka menuju Lampung awalnya bersama tujuh orang temannya yang selanjutnya menuju Jakarta dengan diajak sponsor asal Lampung. Tetapi sesampainya di Jakarta, enam warga termasuk Leny merasa ada kejanggalan, yang kemudian dirinya menghubungi pihak keluarganya di PALI.
Setelah menceritakan kondisinya, pihak keluarga Leny memberikan kontak perwakilan DPP KSPSI, Subiyanto. Lalu Leny berusaha menghubungi kontak tersebut dan sejak itu, Leny dan Subiyanto sering komunikasi menyampaikan keadaan Leny dan kawan-kawan hingga akhirnya, pihak Kemenaker RI melakukan Sidak ke PJTKI itu lalu membawa enam warga PALI tersebut ke asrama RPTC.
"Kami dijanjikan menerima gaji Rp 9 juta per bulan setelah terbang ke Taiwan, tetapi harus di potong Rp 5 juta per bulan selama 9 bulan. Memang dari desa kami sampai ke Jakarta semua ongkos ditanggung sponsor, dan sampai hari ini kami tidak pernah dipungut biaya, namun yang kami tidak tahan adalah ketidak pastian kapan terbangnya bahkan paspor saja belum ada, makanya kami minta tolong pak Subiyanto, dan rupanya langsung di respon bahkan Pemkab PALI langsung menjenguk dan menjemput kami ke Jakarta," beber Leny.
Dirinya berharap agar bisa secepatnya pulang ke PALI dan berkumpul kembali bersama keluarganya.
"Hanya satu keinginan kami, yakni ingin cepat pulang. Dan harapan itu sudah diambang mata setelah pak Bupati PALI Heri Amalindo mengutus Kadisnaker menjemput kami," tukasnya.
Sebelumnya diketahui bahwa ada enam warga PALI masing-masing bernama Seliyani (21) warga Panta Dewa Kecamatan Talang Ubi, Yuyun (27) warga Gunung Menang Kecamatan Penukal, Badariawati (43) warga Panta Dewa, Pipin (21) warga Panta Dewa dan Debi Mardiana (33) warga Desa Babat Kecamatan Penukal serta Leny asal Desa Mangku Negara Kecamatan Penukal yang mencoba peruntungannya menjadi TKW dengan tujuan Taiwan tetapi gagal.
Laporan :Lendri
Lantaran selama tiga bulan, Leny CS 'digantung' salah satu PJTKI di Jakarta, dan sejak mereka (Leny CS) mendaftar, jangankan ada kabar kapan dirinya terbang ke Taiwan, negara yang menjadi tujuan enam warga PALI itu untuk bekerja, bahkan paspor saja belum kunjung dibuatkan perusahaan tersebut.
Padahal diakui Leny bahwa dirinya CS telah menuruti kehendak pihak PJTKI agar kalau ingin cepat terbang harus pindah KTP terlebih dahulu dari PALI ke Lampung Timur.
Selama tiga bulan, dirinya dan kawan-kawan bolak balik Jakarta-Lampung yang menurut Leny tujuanya untuk membuat paspor, namun sesampai di Lampung, malah batal lantaran dari alasan pihak perusahaan kantor Imigrasinya belum siap.
Dan selama di asrama dan BLK PJTKI, Leny mengaku melalui pelatihan, tetapi untuk belajar bahasa Taiwan, mereka tidak dipandu hanya diberi buku dengan tulisan mandarin.
"Kami kapok pak, kami ingin pulang ke PALI. Mending nyadap karet di dusun," ungkap Leny, dihadapan Kadisnaker di RPTC Bambu Apus Jakarta Timur, Selasa (8/10).
Untuk administrasi kependudukan yang kini telah berubah, Leny mengaku akan mengurus kembali KTPnya menjadi warga PALI.
"Kami hanya menuruti perintah perusahaan karena ingin cepat terbang ke Taiwan dan memiliki gaji besar untuk merubah nasib pak, tapi malah tidak ada kabar kapan berangkatnya sampai tiga bulan kami di PT," katanya.
Diceritakan Leny, bahwa dirinya berangkat dari PALI sejak bulan Juli 2019. Mereka menuju Lampung awalnya bersama tujuh orang temannya yang selanjutnya menuju Jakarta dengan diajak sponsor asal Lampung. Tetapi sesampainya di Jakarta, enam warga termasuk Leny merasa ada kejanggalan, yang kemudian dirinya menghubungi pihak keluarganya di PALI.
Setelah menceritakan kondisinya, pihak keluarga Leny memberikan kontak perwakilan DPP KSPSI, Subiyanto. Lalu Leny berusaha menghubungi kontak tersebut dan sejak itu, Leny dan Subiyanto sering komunikasi menyampaikan keadaan Leny dan kawan-kawan hingga akhirnya, pihak Kemenaker RI melakukan Sidak ke PJTKI itu lalu membawa enam warga PALI tersebut ke asrama RPTC.
"Kami dijanjikan menerima gaji Rp 9 juta per bulan setelah terbang ke Taiwan, tetapi harus di potong Rp 5 juta per bulan selama 9 bulan. Memang dari desa kami sampai ke Jakarta semua ongkos ditanggung sponsor, dan sampai hari ini kami tidak pernah dipungut biaya, namun yang kami tidak tahan adalah ketidak pastian kapan terbangnya bahkan paspor saja belum ada, makanya kami minta tolong pak Subiyanto, dan rupanya langsung di respon bahkan Pemkab PALI langsung menjenguk dan menjemput kami ke Jakarta," beber Leny.
Dirinya berharap agar bisa secepatnya pulang ke PALI dan berkumpul kembali bersama keluarganya.
"Hanya satu keinginan kami, yakni ingin cepat pulang. Dan harapan itu sudah diambang mata setelah pak Bupati PALI Heri Amalindo mengutus Kadisnaker menjemput kami," tukasnya.
Sebelumnya diketahui bahwa ada enam warga PALI masing-masing bernama Seliyani (21) warga Panta Dewa Kecamatan Talang Ubi, Yuyun (27) warga Gunung Menang Kecamatan Penukal, Badariawati (43) warga Panta Dewa, Pipin (21) warga Panta Dewa dan Debi Mardiana (33) warga Desa Babat Kecamatan Penukal serta Leny asal Desa Mangku Negara Kecamatan Penukal yang mencoba peruntungannya menjadi TKW dengan tujuan Taiwan tetapi gagal.
Laporan :Lendri
Tidak ada komentar
Posting Komentar